Medan : Eskalasi politik menjelang pesta demokrasi di Kota Medan, terus meningkat. Terlebih dengan memanasnya persaingan antara 'Duo Nasution'.
Akhyar Nasution, sebagai petahana yang sebelumnya kader PDI Perjuangan yang kini diusung Demokrat, dengan Bobby Affif Nasution, sang penantang yang kini tengah menjadi 'Rising Star' di dunia politik Kota Medan.
Berbagai respon dari sejumlah kalangan juga terus bermunculan dari persaingan keduanya. Bahkan tak jarang isu-isu saling menjatuhkan lawan politik terus dihembuskan.
Berdasarkan kaca mata Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Forum Masyarakat Pemantau Negara (Formapera), saling serang dalam dunia politik dengan tujuan menjatuhkan lawan adalah hal biasa.
"Tentu, selama masih dalam koridor yang jelas dan tak melanggar aturan apapun, cara atau trik apapun yang dilakukan seorang calon atau timnya dalam meningkatkan popularitas sah-sah saja, alias tidak ada yang salah," ungkap Teuku Yudhistira, Ketua Umum DPN Formapera kepada wartawan, Rabu (5/8/2020).
Formapera juga mengingatkan, khusus untuk Pilkada di Kota Medan, lanjutnya, setiap kandidat hendaknya mampu memahami terlebih dahulu apa yang menjadi keinginan dan harapan masyarakat, jika ingin mendapat panggung di tengah rakyat.
Terlebih, upaya itu hendak diraih, di antara trauma yang sangat membekas di sanubari warga Medan, bagaimana pemimpin masyarakat yang harusnya menjadi panutan, justru malah menjadi 'Monster' yang tega mengkhianati rakyat.
"Semua itu tentu sudah menjadi rahasia umum. Hattrick Walikota Medan harus berakhir di tangan aparat penegak hukum seperti KPK dan Kejakasaan, pastinya jelas sangat membekas di hati masyarakat," tandas pria yang akrab disapa Yudis ini.
Karena itu, seorang kandidat yang nanti ditetapkan oleh KPU sebagai calon yang siap bersaing dalam Pilkada pada Desember 2020 mendatang, harus mampu menjawab tantangan itu.
Warga Medan tentunya bukan hanya membutuhkan sosok yang bersih dari prilaku korup, yang mampu merubah image negatif serta dan bisa mengangkat derajat Medan dari kegagalan pembangunan, juga menjadi point penting yang sangat dibutuhkan.
"Dari wacana itu pula, Formapera menilai sosok yang tepat itu ada pada Bobby Affif Nasution. Sosok muda yang humble dan terlihat sudah mampu menunjukkan kredibilitasnya sebagai pemimpin masa depan yang diidamkan," tegasnya.
Bahkan bukan sekadar alternatif, dengan kemampuannya yang luwes bermain di tingkat lokal hingga menembus ke level pemerintah Pusat, Bobby bakal menjadi jembatan untuk memajukan Kota Medan.
Tak setuju dengan pendapat ini juga tak ada masalah, asalkan cara pandang setiap orang tidak subjektif, khususnya tentang siapa Bobby atau karena dia menantu Presiden Jokowi. Tapi coba berfikir lebih jernih, niatnya untuk membangun kota ini mulai terlihat sejak awal. Teori pendekatannya dengan menyentuh langsung ke rakyat juga harus diapresiasi.
Tidaklah berlebihan jika mencoba flash back, bukan Formapera saja yang menilai telah terjadi kegagalan pembangunan, namun pastinya semua masyarakat Medan juga merasakan itu.
Khususnya dalam urusan infrastruktur. Karena itu, sosok yang mampu menuntaskan segala yang tertunda, mampu mengangkat derajat Kota Medan serta menghapus image negatif itu paling dibutuhkan saat ini hanya Booby.
Lagi-lagi, jangan menilai subjektif, apalagi menyangkut usia. Jangan pandang muda atau belum berpengalaman. Untuk apa berpengalaman kalau toh merusak dan hanya untuk mencari keuntungan saja untuk menjadi Walikota. Ini pemilihan kepala daerah, bukan mau melamar pekerjaan yang membutuhkan pengalaman. Siapa yang mampu berbuat, itu yang akan dipilih rakyat. Dan Formapera merasa tekad perubahan itu semuanya ada sudah ditunjukkan Bobby.(*)