Meski hujan deras mengguyur namun antusiasme warga menyaksikan pembukaan Gelar Melayu Serumpun (Gemes) 2019 tetap tinggi. Ribuan warga dengan penuh ceria mengikuti pertunjukan seni dan tari Melayu yang ditampilkan dengan apik oleh para penari berasal dari 5 negara serumpun dan 10 provinsi di Indonesia tersebut.
Gemes kali ini merupakan edisi keempat kalinya sejak digelar pertama kalinya tahun 2016. Pendukung event kali ini lebih banyak lagi karena melibatkan para penari dari 5 negara serumpun yakni Brunei Darusalam, Thailand. Korea Selatan, Singapura dan Malaysia. Ditambah lagi dengan perwakilan dari 10 provinsi di Indonesia, diantaranya Jawa Barat, Yogyakarta, Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat serta Nanggroe Aceh Darusalam serta kabupaten/kota di Sumut.
Pembukaan Gemes 2019 ditandai dengan pemukulan gendang yang dilakukan Plt Wali Kota Medan Ir H Akhyar Nasution MSi bersama Ketua DPRD Medan Hasyim SE beserta unsur Forkopimda Kota Medan. Setelah itu dilanjutkan dengan pertunjukan tarian kolosal berjudul Payung Budaya.
Kemudian masing-masing delegasi yang mengisi Gemes selama tiga hari mulai 1-3 November, diperkenalkan kepada seluruh pengunjung dengan menampilkan tarian khas Melayunya masing-masing. Tak ketinggalan Tarian Ahoii yang telah menjadi ikon Kota Medan juga disuguhkan untuk menghibur para pengunjung yang hadir mulai sejak Maghrib tersebut.
Plt Wali Kota Medan Ir H Akhyar Nasution MSi, sangat mengapresiasi atas digelarnya Gemes 2019. Apalagi kali ini event yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Kota Medan itu berhasil merangkul 5 negara serumpun untuk mengisi sekaligus memeriahkan Gemes tersebut.
"Sudah sepantasnya keberhasilan ini harus kita apresiasi karena merupakan suatu prestasi yang membanggakan. Kita harapkan tahun depan, jumlah negara serumpun yang mengisi acara ini bisa lebih banyak lagi. Dengan demikian Gemes menjadi branding Kota Medan sehingga menjadi magnet untuk mendatangkan wisatawan baik lokal maupun mancanegara," kata Plt Wali Kota.
Selain itu Akhyar pun berharap, Gemes dapat menjadi wadah untuk melestarikan seni dan budaya Melayu sekaligus mengedukasi masyarakat Kota Medan, khususnya generasi muda dalam memahami sekaligus mengenal lebih jauh kebudayaan dan rumpun Melayu. Dengan demikian para generasi muda semakin mencintai sekaligus tertarik untuk melestarikan seni dan budaya Melayu.
Agar menjadi pertunjukan yang menarik dan lebih spektakuler lagi, Akhyar berpesan agar panitia terus melakukan melakukan evaluasi dan tidak ragu berinovasi. "Insya Allah, selain menjadi ikon Kota Medan, Gemes juga akan menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara sekaligus menambah wawasan kebudayaan Melayu," pesannya.
Sementara itu,Kadis pariwisata Kota Medan Agus Suriono dalam laporannya menjelaskan, selain melestarikan seni dan budaya Melayu, Gemes merupakan branding Kota Medan dalam upaya menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi ibukota Provinsi Sumatera Utara.
Tahun ini, jelas Agus , Gemes telah dikemas dengan sebaik-baiknya sehingga lebih menarik dan meriah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Alhamdulillah, tahun depan (2020), Gemes telah terpilih menjadi salah satu Calender of Event Wonderful Indonesia 2020 oleh Kementrian Pariwisata Republik Indonesia. Untuk itu Gemes harus menjadi pertunjukan yang sangat menarik dengan mengangkat kearifan lokal yakni seni dan budaya Melayu," jelas Agus.
Tidak hanya tarian kolosal dan tarian Melayu khas masing-masing daerah, pembukaan Gemes juga dimeriahkan dengan penampilan artis ibukota, diantaranya Deswa d' Academy, Ayu d'Academy, Lusi KDI, Albi d'Academy dan Intan Baiduri d'Academy. Penampilan mereka mendapat aplaus meriah para pengunjung, bahkan tidak sedikit pengunjung yang ikut menyanyi dan bergoyang.
Gemes kali ini merupakan edisi keempat kalinya sejak digelar pertama kalinya tahun 2016. Pendukung event kali ini lebih banyak lagi karena melibatkan para penari dari 5 negara serumpun yakni Brunei Darusalam, Thailand. Korea Selatan, Singapura dan Malaysia. Ditambah lagi dengan perwakilan dari 10 provinsi di Indonesia, diantaranya Jawa Barat, Yogyakarta, Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat serta Nanggroe Aceh Darusalam serta kabupaten/kota di Sumut.
Pembukaan Gemes 2019 ditandai dengan pemukulan gendang yang dilakukan Plt Wali Kota Medan Ir H Akhyar Nasution MSi bersama Ketua DPRD Medan Hasyim SE beserta unsur Forkopimda Kota Medan. Setelah itu dilanjutkan dengan pertunjukan tarian kolosal berjudul Payung Budaya.
Kemudian masing-masing delegasi yang mengisi Gemes selama tiga hari mulai 1-3 November, diperkenalkan kepada seluruh pengunjung dengan menampilkan tarian khas Melayunya masing-masing. Tak ketinggalan Tarian Ahoii yang telah menjadi ikon Kota Medan juga disuguhkan untuk menghibur para pengunjung yang hadir mulai sejak Maghrib tersebut.
Plt Wali Kota Medan Ir H Akhyar Nasution MSi, sangat mengapresiasi atas digelarnya Gemes 2019. Apalagi kali ini event yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Kota Medan itu berhasil merangkul 5 negara serumpun untuk mengisi sekaligus memeriahkan Gemes tersebut.
"Sudah sepantasnya keberhasilan ini harus kita apresiasi karena merupakan suatu prestasi yang membanggakan. Kita harapkan tahun depan, jumlah negara serumpun yang mengisi acara ini bisa lebih banyak lagi. Dengan demikian Gemes menjadi branding Kota Medan sehingga menjadi magnet untuk mendatangkan wisatawan baik lokal maupun mancanegara," kata Plt Wali Kota.
Selain itu Akhyar pun berharap, Gemes dapat menjadi wadah untuk melestarikan seni dan budaya Melayu sekaligus mengedukasi masyarakat Kota Medan, khususnya generasi muda dalam memahami sekaligus mengenal lebih jauh kebudayaan dan rumpun Melayu. Dengan demikian para generasi muda semakin mencintai sekaligus tertarik untuk melestarikan seni dan budaya Melayu.
Agar menjadi pertunjukan yang menarik dan lebih spektakuler lagi, Akhyar berpesan agar panitia terus melakukan melakukan evaluasi dan tidak ragu berinovasi. "Insya Allah, selain menjadi ikon Kota Medan, Gemes juga akan menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara sekaligus menambah wawasan kebudayaan Melayu," pesannya.
Sementara itu,Kadis pariwisata Kota Medan Agus Suriono dalam laporannya menjelaskan, selain melestarikan seni dan budaya Melayu, Gemes merupakan branding Kota Medan dalam upaya menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi ibukota Provinsi Sumatera Utara.
Tahun ini, jelas Agus , Gemes telah dikemas dengan sebaik-baiknya sehingga lebih menarik dan meriah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Alhamdulillah, tahun depan (2020), Gemes telah terpilih menjadi salah satu Calender of Event Wonderful Indonesia 2020 oleh Kementrian Pariwisata Republik Indonesia. Untuk itu Gemes harus menjadi pertunjukan yang sangat menarik dengan mengangkat kearifan lokal yakni seni dan budaya Melayu," jelas Agus.
Tidak hanya tarian kolosal dan tarian Melayu khas masing-masing daerah, pembukaan Gemes juga dimeriahkan dengan penampilan artis ibukota, diantaranya Deswa d' Academy, Ayu d'Academy, Lusi KDI, Albi d'Academy dan Intan Baiduri d'Academy. Penampilan mereka mendapat aplaus meriah para pengunjung, bahkan tidak sedikit pengunjung yang ikut menyanyi dan bergoyang.