Setelah tiga hari menghibur warga Kota Medan dengan pertunjukan aneka seni dan budaya di halaman Istana Maimun, Festival Multi Etnis Kota Medan 2019 akhirnya ditutup secara resmi oleh Wali Kota Medan Drs H T Dzulmi Eldin S MSi MH diwakili Wakil Wali Kota Ir H Akhyar Nasution MSi, Minggu (1/9). Even yang mengusung seni dan budaya seluruh etnis yang ada di ibutita Provinsi Sumatera Utara telah ditetapkan masuk dalam kalender tetap Pemko Medan melalui Dinas Kebudayaan Kota Medan sebagai upaya pelestarian seni dan budaya.
Sebagai bentuk ungkapan apresiasi dan rasa terima kasih, seluruh tim kesenian yang mengisi kegiatan mulai 30 Agustus sampai 1 September itu mendapat penghargaan dari Pemko Medan yang diserahkan langsung Wakil Wali Kota. Diharapkan penghargaan itu dapat sebagai perekat sehingga tahun depan para pelaku seni dan sanggar yang berasal dari sejumlah daerah tersebut dapat ikut kembali tahun depan.
Sebelum menutup acara, Wakil Wali Kota dalam sambutannya mengatakan, sangat disyukuri karena Kota Medan diciptakan sebagai kota multi etnis dan multi daya. Kondisi itu membuat terjadinya pembaruan. Meski demikian tidak satu pun dari budaya-budaya yang membaur paling mendominasi.
Sebagai contoh jelas Akhyar, seperti Jakarta misalnya, semua langsung mengarah kepada Suku Betawi yang menjadi suku asli meski saat ini sudah tidak mendominasi lagi. Sedangkan Kota Medan, ungkapnya, banyak etnis yang mewarnai sejarah Kota Medan. "Sungguh ini menjadi kekayaan yang sudah patut kita lestarikan dan mewariskan kesejarahannya kepada anak cucu kita," kata Wakil Wali Kota.
Atas dasar itulah Wakil Wali Kota sangat mengapresiasi dan mendukung penuh diselenggarakannya Festival Multi Etnis Koya Medan 2019. "Saya berharap melalui kegiatan seperti ini nantinya dapat membangkitkan episentrum kebudayaan di Kota Medan yang kita cintai bersama ini," ungkapnya.
Di hari penutupan jumlah pengunjung yang hadir untuk menyaksikan seluruh rangkaian acara tidak berkurang. Sejak sore satu persatu pengunjung berdatangan untuk menyaksikan pertunjukan seni dan budaya dari 14 etnis yang ada di Medan ditambah dengan beberapa daerah di luar Kota Medan yang ikut berpartisipasi mendukung acara tersebut.
Selain Tortor, banyak lagi tarian multi etnis yang ditampilkan guna menghibur seluruh pengunjung yang hadir diantaranya Tarian Piring (Padang), Tangan Seribu (Cina), Reog Ponorogo(Jawa), serta Pak Pong (Ronggeng Melayu). Para penampil tampil cukup memikat dengan dibalut pakaian tradisionil yang menawan serta diiringi musik dan lighting nan indah membuat pengunjung tak putus bertepuk tangan. Tak satu pun pengunjung yang beranjak hingga berakhirnya seluruh rangkaian pertunjukan.
Sebagai bentuk ungkapan apresiasi dan rasa terima kasih, seluruh tim kesenian yang mengisi kegiatan mulai 30 Agustus sampai 1 September itu mendapat penghargaan dari Pemko Medan yang diserahkan langsung Wakil Wali Kota. Diharapkan penghargaan itu dapat sebagai perekat sehingga tahun depan para pelaku seni dan sanggar yang berasal dari sejumlah daerah tersebut dapat ikut kembali tahun depan.
Sebelum menutup acara, Wakil Wali Kota dalam sambutannya mengatakan, sangat disyukuri karena Kota Medan diciptakan sebagai kota multi etnis dan multi daya. Kondisi itu membuat terjadinya pembaruan. Meski demikian tidak satu pun dari budaya-budaya yang membaur paling mendominasi.
Sebagai contoh jelas Akhyar, seperti Jakarta misalnya, semua langsung mengarah kepada Suku Betawi yang menjadi suku asli meski saat ini sudah tidak mendominasi lagi. Sedangkan Kota Medan, ungkapnya, banyak etnis yang mewarnai sejarah Kota Medan. "Sungguh ini menjadi kekayaan yang sudah patut kita lestarikan dan mewariskan kesejarahannya kepada anak cucu kita," kata Wakil Wali Kota.
Atas dasar itulah Wakil Wali Kota sangat mengapresiasi dan mendukung penuh diselenggarakannya Festival Multi Etnis Koya Medan 2019. "Saya berharap melalui kegiatan seperti ini nantinya dapat membangkitkan episentrum kebudayaan di Kota Medan yang kita cintai bersama ini," ungkapnya.
Di hari penutupan jumlah pengunjung yang hadir untuk menyaksikan seluruh rangkaian acara tidak berkurang. Sejak sore satu persatu pengunjung berdatangan untuk menyaksikan pertunjukan seni dan budaya dari 14 etnis yang ada di Medan ditambah dengan beberapa daerah di luar Kota Medan yang ikut berpartisipasi mendukung acara tersebut.
Selain Tortor, banyak lagi tarian multi etnis yang ditampilkan guna menghibur seluruh pengunjung yang hadir diantaranya Tarian Piring (Padang), Tangan Seribu (Cina), Reog Ponorogo(Jawa), serta Pak Pong (Ronggeng Melayu). Para penampil tampil cukup memikat dengan dibalut pakaian tradisionil yang menawan serta diiringi musik dan lighting nan indah membuat pengunjung tak putus bertepuk tangan. Tak satu pun pengunjung yang beranjak hingga berakhirnya seluruh rangkaian pertunjukan.