Sekretaris Komisi I DPRD Kota Medan, Muhammad Nasir, mengaku heran dengan pidato Walikota Medan pada sidang paripurna istimewa Hari Jadi Kota Medan ke-429 di Gedung DPRD Kota Medan, Jumat (28/6/2019) kemarin.
Sebab, Walikota dalam sambutannya membanggakan rencana pembangunan proyek Bus Rapid Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT). Tetapi tidak menyinggung transportasi yang menjadi ikon Kota Medan, yakni Betor (becak bermorot).
“Sepertinya Walikota Medan lupa, Betor sebagai transportasi yang sudah melegenda di Medan,” sebut Muhammad Nasir kepada wartawan di Medan, Senin (1/7/2019).
Wakil Ketua Fraksi PKS mengatakan, bukan berarti pihaknya anti dengan pembangunan modern Kota Medan, melainkan Pemko harus memperhatikan identitas Kota yang sudah menjadi daya tarik.
“Kota-kota di Pulau Jawa, meski pesat pembangunannya tapi tidak melupakan identitas. Misalnya saja Yogyakarta yang mempertahankan Andong atau Delmanya di Malioboro, kemudian becak mesin di beberapa tempat yang juga masih menjadi andalan wisata,” jelasnya.
Nasir menilai, Betor sepertinya sudah tidak menjadi kebanggaan bagi Pemko Medan. Saat ini keberadaan betor dan pengelolaanya terus diabaikan. “Tidak ada pola yang unik yang dilakukan Pemko Medan dalam mengurusi Betor ini, padahal keberadaanya bisa menjadi ikon kota dan daya tarik wisata,” ucapnya.
Jika diberdayakan dengan baik, tambah Nasir, Betor bisa menjadi bagian dari upaya peningkatan ekonomi masyarakat. “Keberadaan Betor makin menderita setelah kedatangan angkutan online. Saat ini tidak ada keberpihakan atau pola yang baik dilakukan Pemko untuk melestarikan Betor ini,” jelasnya.
Sebab, Walikota dalam sambutannya membanggakan rencana pembangunan proyek Bus Rapid Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT). Tetapi tidak menyinggung transportasi yang menjadi ikon Kota Medan, yakni Betor (becak bermorot).
“Sepertinya Walikota Medan lupa, Betor sebagai transportasi yang sudah melegenda di Medan,” sebut Muhammad Nasir kepada wartawan di Medan, Senin (1/7/2019).
Wakil Ketua Fraksi PKS mengatakan, bukan berarti pihaknya anti dengan pembangunan modern Kota Medan, melainkan Pemko harus memperhatikan identitas Kota yang sudah menjadi daya tarik.
“Kota-kota di Pulau Jawa, meski pesat pembangunannya tapi tidak melupakan identitas. Misalnya saja Yogyakarta yang mempertahankan Andong atau Delmanya di Malioboro, kemudian becak mesin di beberapa tempat yang juga masih menjadi andalan wisata,” jelasnya.
Nasir menilai, Betor sepertinya sudah tidak menjadi kebanggaan bagi Pemko Medan. Saat ini keberadaan betor dan pengelolaanya terus diabaikan. “Tidak ada pola yang unik yang dilakukan Pemko Medan dalam mengurusi Betor ini, padahal keberadaanya bisa menjadi ikon kota dan daya tarik wisata,” ucapnya.
Jika diberdayakan dengan baik, tambah Nasir, Betor bisa menjadi bagian dari upaya peningkatan ekonomi masyarakat. “Keberadaan Betor makin menderita setelah kedatangan angkutan online. Saat ini tidak ada keberpihakan atau pola yang baik dilakukan Pemko untuk melestarikan Betor ini,” jelasnya.