Terkait dengan wacana pembangunan tol bagi pengendara sepeda motor dan tol lingkar luar di Kota Medan dinilai belum menjadi kebutuhan yang urgensi dalam mengatasi kemacetan. Hal tersebut dikatakan Sekretaris Komisi D DPRD Medan, Ilhamsyah, Kamis (21/2/2019).
Sedangkan tol sepeda motor, sambung Ilhamsyah, sangat berbahaya dan menambah jumlah angka kecelakaan. "Sepeda motor itu adalah kendaraan yang sangat rentan dengan kecelakaan. Apalagi, di Medan ini terkenal dengan pengendara yang tidak tertib berlalu lintas," sebut Ilhamsyah.
Menurutnya, untuk mengatasi persoalan kemacetan di Medan seharusnya membenahi tata ruang kota. Misalnya, seperti membuat zonasi pusat-pusat keramaian, perkantoran dan lain sebagainya.
"Saya melihat wacana pembangunan kedua jalan tol tersebut belum menjadi hal yang urgensi. Bagaimana tidak macet, semua menumpuk di inti kota. Mulai dari perkantoran, mal, pasar tradisional, hotel dan lainnya. Jadi, coba diatur tata ruangnya dengan membuat zonasi, sehingga arus lalu lintasnya tidak menumpuk karena sudah terbagi-bagi," ungkap politisi Golkar ini.
Selain itu, lanjut dia, kemacetan di Medan akibat tidak tertibnya angkutan kota (angkot). Kendaraan umum tersebut kerap menjadi pemicu kemacetan. "Lihat saja di pusat-pusat keramaian, seringkali angkot mangkal hingga memakan ruas jalan. Akibatnya, pengendara yang ingin melintas terhambat sehingga terjadi kemacetan. Makanya, ini perlu juga ditertibkan budaya berlalu lintas," ujarnya.
Senada juga diungkapkan Ketua Komisi D DPRD Medan, Abdul Rani. Menurutnya, pembangunan jalan tol untuk sepeda motor maupun lingkar luar belum efektif karena melihat ketersediaan lahan. Terlebih, menambah beban masyarakat.
"Mau dibangun di mana coba jalan tolnya? Tahu sendirilah di Medan lahannya terbatas. Kemudian, biayanya dari mana karena bangun tol itu anggarannya tidak sedikit dan butuh pembebasan lahan," katanya.
Diutarakan Abdul Rani, daripada dibangun jalan tol lebih baik membangun underpass (terowongan bawah tanah) atau fly over (jembatan layang). Sebab, keberadaannya sangat efektif mengatasi kemacetan. "Bisa dilihat di Titi Kuning sekarang, sudah lancar kan karena dibangun underpass. Begitu juga di Amplas dan Simpang Pos yang dibangun fly over, sekarang tidak macet lagi. Jadi, di titik-titik yang macet seperti Simpang Juanda dan lainnya perlu dibangun underpass atau fly over. Selain lebih efektif, biaya yang dikeluarkan jauh lebih hemat," ujarnya.
Sebelumnya, pembangunan tol khusus sepeda motor diwacanakan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) yang berencana menjadi investornya. Selain akan dibangun di Bandung dengan tujuan untuk mengurai kemacetan, wacana itu juga berhembus kabar di Medan. Saat ini, ada dua ruas tol khusus sepeda motor di Indonesia yakni Tol Suramadu dan Bali.
Sedangkan tol sepeda motor, sambung Ilhamsyah, sangat berbahaya dan menambah jumlah angka kecelakaan. "Sepeda motor itu adalah kendaraan yang sangat rentan dengan kecelakaan. Apalagi, di Medan ini terkenal dengan pengendara yang tidak tertib berlalu lintas," sebut Ilhamsyah.
Menurutnya, untuk mengatasi persoalan kemacetan di Medan seharusnya membenahi tata ruang kota. Misalnya, seperti membuat zonasi pusat-pusat keramaian, perkantoran dan lain sebagainya.
"Saya melihat wacana pembangunan kedua jalan tol tersebut belum menjadi hal yang urgensi. Bagaimana tidak macet, semua menumpuk di inti kota. Mulai dari perkantoran, mal, pasar tradisional, hotel dan lainnya. Jadi, coba diatur tata ruangnya dengan membuat zonasi, sehingga arus lalu lintasnya tidak menumpuk karena sudah terbagi-bagi," ungkap politisi Golkar ini.
Selain itu, lanjut dia, kemacetan di Medan akibat tidak tertibnya angkutan kota (angkot). Kendaraan umum tersebut kerap menjadi pemicu kemacetan. "Lihat saja di pusat-pusat keramaian, seringkali angkot mangkal hingga memakan ruas jalan. Akibatnya, pengendara yang ingin melintas terhambat sehingga terjadi kemacetan. Makanya, ini perlu juga ditertibkan budaya berlalu lintas," ujarnya.
Senada juga diungkapkan Ketua Komisi D DPRD Medan, Abdul Rani. Menurutnya, pembangunan jalan tol untuk sepeda motor maupun lingkar luar belum efektif karena melihat ketersediaan lahan. Terlebih, menambah beban masyarakat.
"Mau dibangun di mana coba jalan tolnya? Tahu sendirilah di Medan lahannya terbatas. Kemudian, biayanya dari mana karena bangun tol itu anggarannya tidak sedikit dan butuh pembebasan lahan," katanya.
Diutarakan Abdul Rani, daripada dibangun jalan tol lebih baik membangun underpass (terowongan bawah tanah) atau fly over (jembatan layang). Sebab, keberadaannya sangat efektif mengatasi kemacetan. "Bisa dilihat di Titi Kuning sekarang, sudah lancar kan karena dibangun underpass. Begitu juga di Amplas dan Simpang Pos yang dibangun fly over, sekarang tidak macet lagi. Jadi, di titik-titik yang macet seperti Simpang Juanda dan lainnya perlu dibangun underpass atau fly over. Selain lebih efektif, biaya yang dikeluarkan jauh lebih hemat," ujarnya.
Sebelumnya, pembangunan tol khusus sepeda motor diwacanakan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) yang berencana menjadi investornya. Selain akan dibangun di Bandung dengan tujuan untuk mengurai kemacetan, wacana itu juga berhembus kabar di Medan. Saat ini, ada dua ruas tol khusus sepeda motor di Indonesia yakni Tol Suramadu dan Bali.