Ribuan warga memenuhi halaman Istana Maimun untuk menyaksikan malam penutupan gelar seni dan tari bertitel Gelar Melayu Serumpun (Gemes) 2018, Minggu (4/11). Antusiasme masyarakat menyaksikan pertunjukan gawean Dinas Pariwisata Kota Medan cukup tinggi. Selama tiga hari pertunjukan, setiap malamnya masyarakat ramai menyaksikan aneka seni dan tari dari etnis Melayu tersebut.
Oleh karenanya Wakil Wali Kota Medan Ir H Akhyar Nasution MSi yang menutup Gemes, berharap event ini masuk dalam kalender tetap Dinas Pariwisata sehingga rutin digelar setiap tahun. Setelah itu lakukan evaluasi sehingga gelaran Gemes tahun brikutnya lebih baik dan meriah lagi, sehingga mampu mendatangkan lebih banyak wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Tidak hanya pertunjukannya semakin lebih baik dan berkualitas ke depannya, kita berharap peserta pengisi kegiatan bisa lebih banyak lagi. Jika tahun ini yang ikut mengisi Gemes berasal dari negeri jiran Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam dan Thailand, kita berharap tahun depan bisa bertambah lagi dari negeri serumpun di Asia tenggara, begitu juga peserta dari dalam negeri,’” kata Akhyar.
Selanjutnya dalam sambutannya dihadapan perwakilan unsur Forkopimda Kota Medan, Kadis Pariwisata Agus Suriono serta sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan masyarakat, camat serta lurah, Wakil Wali Kota menyatakan memahami perbedaan yang ada dalam kehidupan orang Melayu merupakan kebanggaan dan harta yang tidak ternilai harganya sebagai kekayaan asli budaya melayu.
Oleh karenanya kata Akhyar, pantaslah kiranya apabila menjadikan keberagaman sebagai kekayaan yang di miliki bangsa Melayu dimana pun berada. Namun, tanpa disadari budaya asing pun telah menginvasi kehidupan sehari-hari masyarakat dan mencoba bermain-main di ranah budaya asli bangsa Indonesia.
"Tentunya kita tidak ingin budaya asli kita hilang di telan zaman, generasi muda kita harus mampu melestarikan budaya asli daerah. Itu sebabnya saya sangat mengapresiasi digelarnya Gemes 2018. Selain mengenalkan lebih jauh seni dan budaya Melayu kepada masyarakat, terutama generasi muda dapat terlibat aktif idalam kegiatan pelestarian budaya luhur Melayu tersebut,” ungkapnya.
Atas dasar itulah Akhyar berharap semakin banyak generasi muda yang peduli dengan budaya melayu, sebab di pundak generasi mudahlah tersandang harapan untuk lestarinya budaya Melayu di muka bumi ini. “Mari kita jadikan Gemes 2018 sebagai momentum untuk melestarikan seni dan budaya Melayu,” harapnya.
Malam penutupan Gemes 2018 sangat meriah. Seluruh duta seni dari Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Thailand serta dari sejumlah kota di Pulau Sumatera, termasuk DKI Jakarta menampilkan tarian Melayu diiringi lantunan musik Melayu yang menstimulus pendengarnya untuk ikut berjoget.
Pengunjung menikmatinya seluruh tarian yang ditampilkan hingga pertunjukan Gemes 2018 selesai. Sebagai pertunjukan pamungkas, panitia menghadirkan penyanyi Melayu ternama Rani Dahlan. Sebelum pertunjukan berakhir, tim tari dari Malaysia memberikan cindera mata kepada Wakil Wali Kota sebagai bentuk apresiasi dan terima kasih kepada Pemko Medan karena telah menggelar Gemes serta pertunjukan Tarian Ahoi dari seluruh pengisi acara Gemes 2018.
Oleh karenanya Wakil Wali Kota Medan Ir H Akhyar Nasution MSi yang menutup Gemes, berharap event ini masuk dalam kalender tetap Dinas Pariwisata sehingga rutin digelar setiap tahun. Setelah itu lakukan evaluasi sehingga gelaran Gemes tahun brikutnya lebih baik dan meriah lagi, sehingga mampu mendatangkan lebih banyak wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Tidak hanya pertunjukannya semakin lebih baik dan berkualitas ke depannya, kita berharap peserta pengisi kegiatan bisa lebih banyak lagi. Jika tahun ini yang ikut mengisi Gemes berasal dari negeri jiran Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam dan Thailand, kita berharap tahun depan bisa bertambah lagi dari negeri serumpun di Asia tenggara, begitu juga peserta dari dalam negeri,’” kata Akhyar.
Selanjutnya dalam sambutannya dihadapan perwakilan unsur Forkopimda Kota Medan, Kadis Pariwisata Agus Suriono serta sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan masyarakat, camat serta lurah, Wakil Wali Kota menyatakan memahami perbedaan yang ada dalam kehidupan orang Melayu merupakan kebanggaan dan harta yang tidak ternilai harganya sebagai kekayaan asli budaya melayu.
Oleh karenanya kata Akhyar, pantaslah kiranya apabila menjadikan keberagaman sebagai kekayaan yang di miliki bangsa Melayu dimana pun berada. Namun, tanpa disadari budaya asing pun telah menginvasi kehidupan sehari-hari masyarakat dan mencoba bermain-main di ranah budaya asli bangsa Indonesia.
"Tentunya kita tidak ingin budaya asli kita hilang di telan zaman, generasi muda kita harus mampu melestarikan budaya asli daerah. Itu sebabnya saya sangat mengapresiasi digelarnya Gemes 2018. Selain mengenalkan lebih jauh seni dan budaya Melayu kepada masyarakat, terutama generasi muda dapat terlibat aktif idalam kegiatan pelestarian budaya luhur Melayu tersebut,” ungkapnya.
Atas dasar itulah Akhyar berharap semakin banyak generasi muda yang peduli dengan budaya melayu, sebab di pundak generasi mudahlah tersandang harapan untuk lestarinya budaya Melayu di muka bumi ini. “Mari kita jadikan Gemes 2018 sebagai momentum untuk melestarikan seni dan budaya Melayu,” harapnya.
Malam penutupan Gemes 2018 sangat meriah. Seluruh duta seni dari Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Thailand serta dari sejumlah kota di Pulau Sumatera, termasuk DKI Jakarta menampilkan tarian Melayu diiringi lantunan musik Melayu yang menstimulus pendengarnya untuk ikut berjoget.
Pengunjung menikmatinya seluruh tarian yang ditampilkan hingga pertunjukan Gemes 2018 selesai. Sebagai pertunjukan pamungkas, panitia menghadirkan penyanyi Melayu ternama Rani Dahlan. Sebelum pertunjukan berakhir, tim tari dari Malaysia memberikan cindera mata kepada Wakil Wali Kota sebagai bentuk apresiasi dan terima kasih kepada Pemko Medan karena telah menggelar Gemes serta pertunjukan Tarian Ahoi dari seluruh pengisi acara Gemes 2018.