Pemko Medan kembli menggelar pertunjukan seni dan budaya Melayu terakbar bertitel Gelar Melayu Serumpun (Gemes) di halaman Istana Maimun Medan, Jumat (2/11) malam. Dalam edisi yang ketiga ini, Gemes tampil lebih menarik dan spektakuler sehingga menjadi satu tontonan yang sangat memuaskan pengunjung.
Di samping aneka seni dan tari Melayu, Gemes semakin menarik dengan mengusung Istana Maimun nan anggun dan megah menjadi latar belakang panggung. Ditambah lagi dengan dukungan lighting yang gemerlap sehingga membuat unsur orinisinalitas nuanasa Melayu Istana Maimun semakin terlihat mewah dan berkelas.
Tampaknya Pemko Medan melalui Dinas Pariwisata Kota Medan ingin menjadikan Gemes sebagai salah satu gawean yang akan mampu mengundang wisatawan lokal maupun mancanegara datang mengunjungi Kota Medan. Terbukti gawean ini telah mendapat simpatik dari sejumlah negara serumpun seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam dan Thailand dengan mengirimkan duta seninya untuk mengikuti Gemes.
Di bawah guyuran hujan, Wali Kota Medan Drs H T Dzulmi Eldin S MSi resmi membuka Gemes 2018. Pembukaan ditandai dengan pemukulan gendang yang dilakukan Wali Kota bersama Wail Wali Kota Ii Akhyar Nasution MSi. Setelah itu dilanjutkan dengan Tarian Ahoy sebagai tarian khas Kota Medan. Kemudian disusul tarian klosal Melayu yang dibawakan puluhan penari dari berbagai negara serumpun dan daerah serta menjqdikan payung sebagai properti tarian.
Dalam sambutannya, Wali Kota sangat mengapresiasi digelarnya Gemes. Apalagi khsusus tahun ini, penyelenggara menghias halaman Istana Maimun dengan 428 payung sebagai simbolusia Kota Medan yang saat ini telah memasuki 428 tahun. Kemudian tarian kolosal Melayu yang dibawakan 73 pasang penari sebagai lambing usia kemerdekaan Indonesia yang ke-73 tahun.
“Keberhasilan merangkul suku Melayu se-kawasan merupakan sebuah prestasi sekaligus bisa menjadi daya tarik wisata bagi Kota Medan. Kita harapkan melalui event ini akan menjadi wadah melestarikan seni dan budaya Melayu sekaligus mengedukasi masyarakat Kota Medan, khususnya generasi muda dalam memahami kebudayaan dan rumpun Melayu.,” kata Wali Kota.
Oleh karenanya Wali Kota berharap agar pagelaran ini dapat menjadi salah satu ikon pariwisata di Kota Medan yang dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Apalagi dalam gelerannya tahun ini, Gemes ditampilkan di Istana Maimun yang merupakan salah satu ikon kebanggaan Kota Medan. Padahal dalam edisi pertama dan keduanya, Gems selalu dilaksanakan di Lapangan Merdeka Medan.
Selain empat negara serumpun, Gemes 2018 juga diikuti provinsi tetanggan seperti Nanggroe Aceh Darusalam (NAD). DKI Jakarta, Jambi, Bengkulu, Palembang serta Riau. Kemudian sejumlah daerah di Sumut diantaranya Deli Serdang, Serdang Bedagai, Binjai, Tebing Tinggi, Langkat Binjai, Asahan, Batubara, Sibolga, Tanjung Balai, Labuhan Batu Utara dan Kota Medan. Sebagai bentuk ungkapan apresiasi dan terima kasih atas keikutsertaan mereka, Wali Kota pun memberikan cindera mata kepada seluruh perwakilan peserta.
Sedangkan pertunjukan seni dan tari yang ditampilkan diantaranya tari kolosal Melayu, fashion show busana Songket Medan, workshop serta penampilan bersama Tarian Ahoy secara bergantian. “Selain melstarikan seni dan tari Melayu, kita harapkan gelaran Gemes ini mampu mendukung geliat pariwisat di Kota Medan,” harap Wali Kota.
Di samping Wali Kota dan Wakil Wali Kota, gelaran Gemes juga dihadiri Konjen Malaysia, unsur Forkominda Kota Medan, Sekda Kota Medan Ir Wiriya Al Rahman , Raja Muda Deli Tengku Hamdy Osman Deli Khantokoh masyarakat, pimpian OPD di lingkungan Pemko Medan, camat dan lurah.
Pembukaan Gemes 2018 dipungkasi dengan penampilan penyanyi dangdut asal ibukota Nasar. Meski hujan deras mengguyur,
Di samping aneka seni dan tari Melayu, Gemes semakin menarik dengan mengusung Istana Maimun nan anggun dan megah menjadi latar belakang panggung. Ditambah lagi dengan dukungan lighting yang gemerlap sehingga membuat unsur orinisinalitas nuanasa Melayu Istana Maimun semakin terlihat mewah dan berkelas.
Tampaknya Pemko Medan melalui Dinas Pariwisata Kota Medan ingin menjadikan Gemes sebagai salah satu gawean yang akan mampu mengundang wisatawan lokal maupun mancanegara datang mengunjungi Kota Medan. Terbukti gawean ini telah mendapat simpatik dari sejumlah negara serumpun seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam dan Thailand dengan mengirimkan duta seninya untuk mengikuti Gemes.
Di bawah guyuran hujan, Wali Kota Medan Drs H T Dzulmi Eldin S MSi resmi membuka Gemes 2018. Pembukaan ditandai dengan pemukulan gendang yang dilakukan Wali Kota bersama Wail Wali Kota Ii Akhyar Nasution MSi. Setelah itu dilanjutkan dengan Tarian Ahoy sebagai tarian khas Kota Medan. Kemudian disusul tarian klosal Melayu yang dibawakan puluhan penari dari berbagai negara serumpun dan daerah serta menjqdikan payung sebagai properti tarian.
Dalam sambutannya, Wali Kota sangat mengapresiasi digelarnya Gemes. Apalagi khsusus tahun ini, penyelenggara menghias halaman Istana Maimun dengan 428 payung sebagai simbolusia Kota Medan yang saat ini telah memasuki 428 tahun. Kemudian tarian kolosal Melayu yang dibawakan 73 pasang penari sebagai lambing usia kemerdekaan Indonesia yang ke-73 tahun.
“Keberhasilan merangkul suku Melayu se-kawasan merupakan sebuah prestasi sekaligus bisa menjadi daya tarik wisata bagi Kota Medan. Kita harapkan melalui event ini akan menjadi wadah melestarikan seni dan budaya Melayu sekaligus mengedukasi masyarakat Kota Medan, khususnya generasi muda dalam memahami kebudayaan dan rumpun Melayu.,” kata Wali Kota.
Oleh karenanya Wali Kota berharap agar pagelaran ini dapat menjadi salah satu ikon pariwisata di Kota Medan yang dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Apalagi dalam gelerannya tahun ini, Gemes ditampilkan di Istana Maimun yang merupakan salah satu ikon kebanggaan Kota Medan. Padahal dalam edisi pertama dan keduanya, Gems selalu dilaksanakan di Lapangan Merdeka Medan.
Selain empat negara serumpun, Gemes 2018 juga diikuti provinsi tetanggan seperti Nanggroe Aceh Darusalam (NAD). DKI Jakarta, Jambi, Bengkulu, Palembang serta Riau. Kemudian sejumlah daerah di Sumut diantaranya Deli Serdang, Serdang Bedagai, Binjai, Tebing Tinggi, Langkat Binjai, Asahan, Batubara, Sibolga, Tanjung Balai, Labuhan Batu Utara dan Kota Medan. Sebagai bentuk ungkapan apresiasi dan terima kasih atas keikutsertaan mereka, Wali Kota pun memberikan cindera mata kepada seluruh perwakilan peserta.
Sedangkan pertunjukan seni dan tari yang ditampilkan diantaranya tari kolosal Melayu, fashion show busana Songket Medan, workshop serta penampilan bersama Tarian Ahoy secara bergantian. “Selain melstarikan seni dan tari Melayu, kita harapkan gelaran Gemes ini mampu mendukung geliat pariwisat di Kota Medan,” harap Wali Kota.
Di samping Wali Kota dan Wakil Wali Kota, gelaran Gemes juga dihadiri Konjen Malaysia, unsur Forkominda Kota Medan, Sekda Kota Medan Ir Wiriya Al Rahman , Raja Muda Deli Tengku Hamdy Osman Deli Khantokoh masyarakat, pimpian OPD di lingkungan Pemko Medan, camat dan lurah.
Pembukaan Gemes 2018 dipungkasi dengan penampilan penyanyi dangdut asal ibukota Nasar. Meski hujan deras mengguyur,